Minggu, 14 November 2010
Kebutuhan Spiritual
Teori fundamental kebutuhan materialisme tampaknya tidak berlaku secara merata bagi setiap manusia, bahkan dalam setiap perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Teori tersebut mungkin lebih bisa diterima dalam masyarakat perkotaan yang cenderung menjadikan agama sekadar kewajiban, situasi kehidupan materialisme membuat materi menjadi solusi kebahagiaan sehingga penghayatan agama menjadi terkesampingkan. Sebaliknya, bagi masyarakat desa agama adalah kebutuhan, yang secara praktis dapat memberi mereka jawaban-jawaban esensial untuk menjalani hidup.
Kegiatan keagamaan atau religiositas adalah derajat dan jenis ekspresi dan partisipasi religi/agama dari seseorang (lansia). Beberapa indikator religiositas antara lain kehadiran di tempat ibadah, partisipasi dalam kegiatan keagamaan, beribadah, membaca kitab suci, melakukan kebaktian, sholat, berdzikir atau meditasi, dan kegiatan keagamaan yang lain sesuai tuntunan kitab suci atau pedoman dalam agamanya.
Namun seiring dengan berkembangnya jaman, dimana suasana perkotaan sudah merambah berbagai pelosok desa, nilai-nilai spiritualitas mengalami pergesekan maupun pergeseran. Tuntutan kebutuhan material yang semakin tinggi tetapi tidak didukung sistem dan kemampuan sumber daya di desa, terkadang membuat sebagian masyarakat desa mencari jalan alternatif yang irasional. Bagi kaum muda yang masih mempunyai tenaga yang kuat, menyikapi tingginya kebutuhan material, mungkin mereka akan pergi ke kota-kota besar dengan bekerja sebagai tenaga kasar, kuli bangunan, atau pedagang kaki lima. Sebagian yang lain, terutama yang malas atau kurang bisa menggunakan tenaga muda, mereka akan mencari uang dengan menghalalkan segala cara, misalnya menjual diri. Namun, bagaimana dengan kaum yang sudah tua? tenaga sudah jauh menurun, penampilan sudah tidak secerah waktu muda, penghasilan semakin berkurang, kebutuhan hidup tetap tinggi, apa yang akan mereka lakukan? Bagaimana nilai-nilai spiritualitas mampu mengarahkannya?
Memang ada sebagian masyarakat yang dengan semakin bertambahnya usia, mereka semakin taat pada ajaran agamanya dan semakin berserah diri kepada Tuhannya. Namun, sebagian yang lain mencari nilai-nilai spiritual melalui cara-cara yang justru bertentangan dengan ajaran agama yang dianutnya, seperti percaya pada kuburan, pergi ke dukun, mengunjungi tempat-tempat keramat, dan bersemedi untuk mendapatkan keajaiban-keajaiban yang sulit dinalar.
Sebenarnya, kembali lagi pada konsep kebutuhan manusia. Jika dari awal seseorang memang mempunyai orientasi materialisme, maka di masa-masa tuanya ideologi tersebut tetap dipegangnya. Justru karena materi itu tidak kekal, orang yang berorientasi materialisme ini di masa tuanya akan mengalami keguncangan, ambivalensi, dan ketidak-berdayaan. Sehingga, berbagai cara akan ditempuhnya untuk tetap memenuhi kebutuhan materialnya, walaupun cara-cara yang dipilih terkesan kurang masuk akal.
Jika seseorang sejak awal berorientasi pada konsep spiritualisme, maka segala tindakan dan upaya apapun yang mereka lakukan seperti sholat, beribadah, bekerja, termasuk untuk kebutuhan material, tetap harus sesuai dengan nilai-nilai spiritual. Tindakan tersebut tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai spiritual yang dianutnya, karena kegiatan atau segala tindakannya adalah suatu cara mengekspresikan nilai-nilai spiritual. Sehingga di saat usianya sudah lanjut, tenaganya untuk bekerja sudah menurun, ada energi lain yang tetap membuatnya tetap tegar, semangat, dan merasa bahagia di akhir kehidupannya. Nilai-nilai cinta kasih, makna kedekatan dengan tuhan, kebutuhan mencintai tuhan dan perasaan dicintai tuhan, melebihi dari kebutuhan apapun yang ada di dunia. Sehingga walaupun sehari makan hanya dua kali atau bahkan hanya sekali, perut terasa tidak lapar karena sudah tergantikan oleh nikmatnya mencintai, dicintai dan dekat dengan tuhan yang maha segala-galanya.
Spiritualitas digambarkan sebagai kekuatan yang menyatukan, memberi makna pada kehidupan dan terdiri dari nilai-nilai individu, persepsi dan kepercayaan juga keterikatan di antara individu. Kebutuhan spiritual diidentifikasi sebagai kebutuhan dasar segala usia, kebutuhan akan makna dan tujuan, akan cinta dan keterikatan, dan akan pengampunan (Mc.Stanley, 2007).
Achir Yani S Hamid (2000) menjelaskan bahwa kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf dan pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau kematian.
Kesimpulannya adalah spiritualitas berhubungan dengan keyakinan internal seseorang dan pengalaman pribadi dengan Tuhan, sedangkan kegiatan beragama adalah cara mengekspresikan aspek dari dalam keyakinan seseorang. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, pasrah kepada Tuhan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf.
Rabu, 03 November 2010
HIPERTENSI DAN GARAM
Hipertensi / tekanan darah tinggi mempercepat pengerasan arteri dan dengan demikian merupakan penyebab utama terjadinya arterioslerosis, biasanya pada arteri koroner tetapi juga pada arteri yang memasok darah ke otak maupun ke kaki.
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer atau esensial (95 % kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder (5 % kasus hipertensi) yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan anak ginjal, dll.
Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:
1. Keturunan
2. Usia
3. Berat Badan
4. Konsumsi Garam
5. Ras
6. Pola makan dan gaya hidup
7. Aktivitas olahraga
Hipertensi selama ini sering dikaitkan dengan kelebihan konsumsi garam.
Garam itu mengandung ion Natrium. Kelebihan natrium dapat mengganggu keseimbangan proporsi Na:K yang mempengaruhi aktivitas osmosis. Keadaan ini dapat menarik cairan dari serum darah sehingga darah lebih kental sifatnya. Akibatnya darah menjadi kental dan kerja jantung semakin berat untuk memompa. Sebenarnya bukan hanya garam dapur saja yang bisa meningkatkan kadar Na. Salah satu zat yang sering kita temui dalam pangan adalah MSG (Mono Sodium Glutamate). MSG sendiri juga cukup banyak mengandung Na. Jadi bisa dimungkinkan orang yang rentan darah tinggi akan terganggu bila mengonsumsi MSG.
Kita boleh tidak makan garam, asal ada sodium dalam menu harian. Banyak menu harian yang menyimpan sodium dan itu sudah bisa mencukupi kebutuhan tubuh. Namun, oleh karena sodium yang secara alami terkandung dalam bahan makanan tidak berikatan dengan chlor, tak memberi cita rasa asin pada lidah kita.
Itu berarti, kendati menu yang kita konsumsi tanpa garam atau tak bercita rasa asin, tidak bermakna tubuh tak memperoleh kecukupan sodium. Walau tidak terasa asin, daging sapi, sarden, keju, roti jagung, dan keripik kentang kaya unsur sodium. Demikian pula kebanyakan menu harian orang Eskimo, Dayak dan Indian yang tidak asin namun tubuh tidak kekurangan sodium.
Jadi sebetulnya lidah kitalah yang sudah dirusak oleh budaya makan asin, sehingga cenderung salah memilih menu yang sesuai dengan yang tubuh butuhkan. Dan rasa asin memang meningkatkan cita rasa menu alami. Garam di meja makan kita bukti tradisi bahwa tuntutan lidah orang modern cenderung merasa menunya kurang asin..
Konsumsilah garam kurang dari 7 gram perhari.
Tubuh membutuhkan kurang dari tujuh gram garam dapur sehari atau setara dengan 3.000 mg sodium. Kebanyakan menu harian kita memberi berlipat-lipat kali lebih banyak dari itu.
Selain meninggikan tekanan darah, kerja ginjal jadi jauh lebih berat untuk membuangnya. Jika sangat berlebihan bisa bikin pikiran kacau dan jatuh koma.
Satu sendok teh garam dapur berisi 2.000 mg sodium. Sodium yang terkandungdalam setiap menu modern rata-rata sekitar 500 mg. Pada takaran itu ginjal sudah perlu lembur untuk tetapmempertahankan keseimbangan cairan dan asam-basa agar mesin tubuh tak kacau dari penyakit akibat kelebihan sodium tidak sampai muncul.
Jenis makanan yang banyak mengandung sodium, antara lain, soda kue, bubuksoda sebagal pengawet, obat pencahar (laxative), menu yang dipanggang, keju, makanan kaleng dan laut (seafood), serta padi-padian (cereals). Bagi yang pantang garam, juga perlu menjauhi jenis sumber sodium tinggi ini.
Jenis makanan yang rendah sodium, antara lain, buah dan sayur-mayur segar, daging dan unggas segar, jenis cereals dan gandum yang dimasak. Di kawasan Uni Eropa sekarang ini ada ketentuan labelisasi produk untuk beberapa jenis makanan yang tinggi sodium, agar konsumen tidak terjebak mengonsumsinya secara berlebihan. Di antaranya, aneka jenis saus, ikan yang sudah diproses, roti, sup, bumbu bergaram (MSG), dan sekarang termasuk juga semua jenis makanan bayi (dulu garam dapur bukan tergolong bahan tambahan dalam makanan atau food additive).
Bukan cuma darah tinggi, orang yang mengidap penyakit jantung dan tungkainya bengkak, perlu membatasi asupan sodium juga. Begitu juga jika mengidap penyakit ginjal, keracunan kehamilan (toxemia gravidarum), dan gangguan hati. Termasuk mereka yang sedang menjalani terapi dengan obat golongan corticosteroid (pasien asam kena penyakit autoimmune, kulit, ginjal nephritic syndrome).
Selain itu, banyak gangguan yang meninggikan kadar sodium dalam darah (hypernatremia), seperti pada penyakit diabetes insipidus (kencing terus), gagal ginjal menahun, kelebihan zat kapur (hypercalcemia), atau kekurangan kalium (hypokalemia), termasuk jika tubuh kehilangan cairan seperti pada banyak berkeringat, diare, dan penyakit kurang minum (gangguan rasa haus). Dan tentu banyak makan garam, tanpa dibarengi kecukupan minum.
Namun, jika pantang garam kelewat ketat bisa berbahaya juga. Kekurangan sodium dan chlor secara drastis bisa menjadi beban lain bagi ginjal, dengan gejala pembengkakan (oedema) juga. Kaki bengkak lantaran penyakit jantung, hati, atau ginjal, berbeda dengan bengkak sebab kekurangan sodium.
Yang pantang sodium dibagi menjadi pantang ketat, cukup 500 gram sodium setara dengan 1,5 gram garam dapur, pantang sedang 800 gram (2 gram), dan pantang ringan 2.000 gram (5 gram).
Jumat, 09 April 2010
Pola Pengasuhan Anak
Menurut Soetjiningsih (1995) pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga terutama ibu untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial yang meliputi pemenuhan kebutuhan dasar anak, seperti pemberian makanan, mandi dan menyediakan serta memakaikan pakaian buat anak termasuk didalamnya adalah memonitoring kesehatan anak, menyediakan obat, dan merawat serta membawanya ke petugas kesehatan.
Pengasuhan anak merupakan tanggung jawab seluruh anggota keluarga dan masyarakat. Dimana tidak hanya anak saja yang perlu diberikan pengasuhan, calon ibu pun diberikan pengasuhan. Calon ibu diberikan asuhan oleh petugas kesehatan atau masyarakat secara prima agar dapat menjalankan fungsinya. Pengasuhan anak ini memerlukan penyediaan sejumlah waktu, respon pengasuh terhadap tanda yang diberikan anak, dukungan terhadap fisik dan mental serta sosial anak bagi proses pertumbuhan.
Pengasuhan anak merupakan bagian yang sangat penting dari proses sosialisasi yang dapat berakibta besar terhadapa kelakuan si anak jika dia sudah emnjadi dewasa. Hal ini terkait dengan kelakuan manusia yang bervariasi tergantung pada masyarakat yang dibicarakannya atau pendukung kebudayaan tersebut. Variasi-variasi itu diteruskan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya melalui "sosial learning" (linton, 1962;127-129). Pengaruh kebudayaan pada keprbadian anak sangat besar dengan cirri-ciri kepribadian anak yang berkebudayaaan berlainan tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh sistem nilai kebudayaan masing-masing yang berbeda sehingga cara mengasuh dan mendidiknypun berbeda (linton, 1962 :119-121)
Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa kanak-kanak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam perananan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari (koentjaraningrat, 1980;243). Sedangkan dalam konsep watak kebudayaan sebagai kesamaan regularities sifat di dalam organisasai intra psikis individu anggota suatu masyarakat tertentu yang diperoleh karena cara pengasuhan anak yang sama di dalam masyarakat yang bersangkutan, (Margaret Mead dalam James Danandjaja, 2005) Apabila ini dikaitka dengan konsep watak masyarakat dilandasi oleh pikiran untuk menghubungkan kepribadian tipikal dari suatu kebudayaan dengan kebutuhan obyektif tersebut membentuk watak masyarakat dari masyarakat tersebut melalui latihan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak mereka, sementara orang tua telah memperoleh unsur-unsur watak tersebut baik dari orangtuanya atau sebagai jawaban langsung terhadap kondisi-kondisi perubahan masyarakat.
Adanya perbedaan sifat-sifat kepribadian atau tempramen antara anak laki-laki dan anak perempuan tidak bersifat universal. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kebudayaan struktur sosial, dan sejarah seperti yang dimiliki kaum wanita pada umumnya dimasayarkat ero-Amerika. Hal ini juga terkait dalam pergaulan adat mengenai seks, yang cukup berperan aktif dalam kebudayaan wanita. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila yang berias diri adalah kaum laki-lakinya pada masyarakat tchambuli berbeda dengan yang dimiliki kaum wanita pada masyarakat ero-amerika (Mead, 1935). Misalnya pada wanita jawa dari kalangan atas, apabila berada di depan umum akan mempertunjukan kepribadian yang lembut, namun jika berada di rumah sendiri kepribadian seperti itu tidak akan dipertahankan, melainkan tergantung kepribadian perorangannya, situasi dan kondisi. Kepribadian yang lemah lembut itu adalah kepribadian yang ditentukan oleh kebudayaan Jawa bagi kaum wanitanya sebagai kepribadian formal, namun tidak formal lain lagi tergantung watak pribadinya serta situasi dan kondisi (Mead dalam Danandjaja, 2005 )
Pada orang jepang berkelebihan terhadap upacara kerapihan, dan ketertiban ada keinginan tersembunyi untuk berbuat agresif. Sifat seperti ini timbul sebagai akibat kebencian sewaktu bayi, yang di paksakan untuk melakukan sesuatu yang tidak ia mengerti, karena harus mengendalikan otot lubang duburnya, sebelum ia dapat menguasainya. Kebencian ini akan tetap merupakan sebagaian kepribadiannya setelah dewasa nanti.(Gorer, 1943) Disisi lain seoarang bayi rusia akan dibedong dengan erat dengan sehelai kain panjang yang mengikat tungkai bawahnya maupun tungkai atanya lurus dikedua samping tubuhnya. Alasan yang diberikan untuk membedong ini adalah seoarang bayi mempunyai potensi kekuatan yang sangat besar, jika tidak dibedong akan menyakiti tubuhnya sendiri. Pembedongan ini akan dilepas dari ikatan bedongnya sewaktu disusui saja dan dilakukan sampai usui Sembilan bulan. Pembedongan ini sangat menghambatbukan saja gerak fisik anak, melainkan juga ekspres emosial mlalui seluruh tubunya. Oleh karena itu dengan pembedongan ini jiwanya akan terkekang sehingga menimbulkan frustasi. Akibatnya timbulah manic depressive masal pada orang rusia dewasa pada umunya. Itulah sebabnya setelah dewasa orang rusia senang akan berpesta gila-gilaan dengan minuman keras. Tetapi dengan kondisi lain mereka merasa sedih dan dosa (Gorer, 1949).
Disisilain pola pengasuhan anak pada setiap suku bangsa, suku bangsa, atau masyarakat berbeda-beda. Bahkan dalam tiap keluarga bentuk pola pengasuhan anaknya tidak sama. Hal ini selain di pengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar juga oleh faktor kehdupan latar belakang. Misalnya latar belakang pendidikan, mata pencaharian, keadaan sosial dan ekonomi. Hal ini lah yang membuat pola pengasuhan anak berbeda-beda. Pola pengasuhan anak dalam keluarga pedagang berbeda dengan pola pengasuhan anak petani.
Sabtu, 20 Februari 2010
Perkembangan Bayi 1 tahun pertama
Disadur dari buku 365 Hari Pertama Perkembangan Bayi Sehat (2005, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.)
Karya : Theodor Hellbrugge dan J.H. von Wimpften,
Perkembangan selama kehamilan :
Bila seorang ibu pada waktu kandungannya berumur 36 hari menderita sakit campak, bayi yang dilahirkannya mungkin menderita katarak bawaan. Bila campak itu menyerang si ibu pada umur kandungan 46 hari, maka dapat terjadi kelainan jantung. Campak yang menyerang pada usia ke-62 maka dapat menyebabkan kerusakan pada lat pendengaran bagian dalam (auris interna) yang kemudian akan menyebabkan tuli atau gangguan pendengaran.
Musibah yang dibawa oleh obat penenang Contergan bila diminum ibu pada bulan-bulan akhir kehamilan, anak yang lahir tetap sehat. Contergan yang diminum pada umur kandungan 41 dan 44 hari, anak akan lahir tanpa kaki.
Masa yang sangat berpengaruh pada bayi adalah ketika bayi berada pada masa embrional (waktu organ tubuh dibentuk), yang berlangsung sampai kira-kira minggu ke-10 dari umur kandungan. Sebelum akhir bulan ke-3 dari kehamilan, organ-organ anak manusia telah lengkap dibentuk. Masa janin setelah bulan ke-3 kehamilan disebut periode fetal. Pada saat ini, organ-organ akan berkembang lebih lanjut dan akan menjadi lebih besar.
Kira-kira pada minggu ke-28 dari kehamilan, perkembangan sudah demikian jauh dan sehingga berangsur-angsur anak telah dapat hidup sendiri.
Bentuk-bentuk dasar perkembangan anak :
1. Bentuk dasar perkembangan jaringan limfatik, yang berfungsi sebagai penahan infeksi
2. Pertumbuhan tubuh secara menyeluruh
3. Perkembangan organ kelamin (kemampuan seksual)
4. Perkembangan sistem syaraf dari otak
Tahap perkembangan yang peka dan menentukan
a. Dalam perkembangan fungsi-fungsi tubuh (jiwa, mental dan sosial) adalah tahap menentukan dalam perkembangan.
b. Anak-anak yang terganggu pendengarannya bisa diperbaiki dan dilatih pendengarannya dengan bantuan alat dengar serta latihan Baby Audiometrie. Kesempatan ini hanya berlaku pada tahun-tahun pertama masa kanak-kanak, sampai usia 4 tahun
c. Pendidikan berbicara pada masa kanak-kanak mempengaruhi keseluruhan kepribadiannya, jiwa, dan kecerdasan anak.
d. Pada minggu pertama setiap harinya bayi memerlukan 6 kali waktu makan, 5 kali, dan 4 kali sehari. Di pusat perawatan penyakit anak di Munchen, ternyata bayi yang tidak mempunyai tokoh ibu secara tetap untuk waktu yang cukup lama akan mengalami kemunduran, terutama dalam perkembangan berbicara dan sosial.
e. Tahap peka perkembangan sosial anak adalah umur 3 tahun. Jika pada tahap initidak atau kurang ada hubungan antarmanusia melalui tokoh ibu, maka gangguan perilaku bermain dan sosial sulit untuk diperbaiki.
f. Persyaratan perkembangan sosial yang menentukan bagi anak-anak adalah adanya orang yang sama dan tetap, yang siap selama 5 sampai 6 jam sehari mencurahkan perhatian pada anak secara intensif dan juga adanya lingkungan yang tetap dan tidak berubah.
g. Pada tahun pertama kehidupan anak, setiap pergantian orang yang mengasuhnya berarti suatu perusakan (perkembangan sosial, bicara, perilaku berprestasi).
Keterampilan-Keterampilan Bayi Pada Bulan Tertentu Dan Perilakunya Pada Tahap Tersebut
A. Bayi yang Baru Lahir
- Merangkak ; sikap bagian tubuh yang melengkung, mulai dari jari sampai tumit seluruh bagian badan, dan kepalanya menoleh ke samping
- Gerak reflek pada merayap
Bayi sehat akan menggerak-gerakkan kakinya. Bila ditelentangkan, ia berganti merentangkan kakinya dan menarik tangan ke dekat mukanya. Bila telapak kakinya ditekan, ia akan menggeserkan badannya ke depan apabila dia ditelungkupkan pada alas. Bebrapa saat dia akan mengangkat kepalanya, lalu berusaha keras menoleh ke sisi lain.
- Duduk ; kepalanya terletak di samping
- Berjalan ; ada reflek menarik jika tersentuh telapak kakinya Kakinya akan merentang (memegang) dan sebelah lagi melengkung.
- Memagang ; reflek jika jika telapak tangan tersentuh sesuatu, ibu jari akan mengepal dan mengenggam tangkapannya beberapa saat.
- Persepsi ; Bayi mengerutkan dahinya, mengejapkan matanya, dan menunjukkan gerakan kaget dengan merentangkan lengan atau malah menangis.
- Perilaku sosial ; saat menyusui adalah pengalaman positif tentang adanya hubungan dengan orang lain
- Perkembangan berbicara dimulai dengan menangis keras-keras terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan.
B. Bulan ke-1
- Kepala diangkat sebentar, paling sedikit 3 detik dalam sikap datar dan miring (menghadap ke samping).
- Duduk ; kepala terkulai untuk menahan berat, mengangkat kepala yang tertunduk selama 1 atau 2 detik. Latihan seperti ini tidak boleh dibiasakan karena membuat anak sulit bernapas.
- Berjalan ; jika anak kita tegakkan dan pegang , kedua kakinya akan reflek menegang sehingga kepalanya tegak sebentar.
- Memegang ; kedua tangan masih selalu dalam keadaan mengepal.
- Persepsi ; jika diletakkan kliningan merah di depan anak, kira-kira 20 cm, dia akan menatap kliningan itu.
- Perilaku sosial ; pada masa menyusui, anak merasakan perlindungan dan kasih sayang dari ibu. Anak akan merasa tenang jika digendong ibunya.
- Menangis ; sudah ada perbandingan suara tangis lapar atau kesakitan.
C. Bulan Ke-2
1. Anak bisa mengangkat kepalanya dan menahannya selama 10 detik, membentuk sudut 45 derajat.
2. Saat duduk, bayi bisa menegakkan kepalanya sekurang-kurangnya 5 menit dengan mengatur keseimbangan.
3. Masa peralihan sehingga reflek pada kedua kaki dan gerakan melangkah menghilang.
4. Sikap melengkung pada seluruh tubuh bayi berkurang, kepalan tangan semakin terbuka.
5. Persepsi ; Reaksi terhadap bunyi dan suara semakin meningkat
6. Senyuman pertama merupakan hubungan timbal balik antara ibu-anak.
7. Bayi mengeluarkan suara 'a' dan 'e', kadang diseliingin tambahan 'h' ('ehe' atau 'he'). Dilakukan bayi saat dia berbaring pada waktu sebelum tidur dan sesudah bangun.
D. Bulan Ke-3
- Kepala sudah bisa diangkat selama paling sedikit 1 menit, muka dengan alas membentuk 90 derajat.
- Kepala tidak lagi segera terkulai ke belakang, tetapi turut diangkat sebentar, sekurang-kurangnya pada waktu permulaan ditarik.
- Pada akhir 3 bulan pertama, bayi dapat menegakkan kepala paling sedikit selama 30 detik bila dia sudah didudukkan. Punggungnya melengkung karena belum bisa meluruskannya sewaktu duduk.
- Bila kita mengangkat sambil berdiri, dia berusaha meluruskan kedua kaki dan mengencangkannya.
- Jika diberi kliningan, dia akan memegangnya dan segera digenggam. Ia berusaha agar mainan itu menjadi miliknya.
- Jika kliningan digerakkan, bola matanya akan mengikuti gerakan tersebut.
- Bayi akan terenyum kepada objek yang berbentuk seperti manusia meskipun itu asing baginya.
- Akhir bulan ke-3, bayi mengeluarkan bunyi 'r' yang berurutan, seperti orang berkumur. Dia juga akan mengeluarkan bunyi 'e-khe', ek-khe', 'e-rhe', bila dia dibaringkan atau sedang berlega hati.
E. Bulan Ke-4
- Anak meninggalkan sikap bertopang pada lengan bawah, kepala, rongga dada, dan kedua lengan diangkat ke atas dan kedua kakinya terjulur lurus ke belakang, bahu ditarik ke belakang, kedua lengan ditengkukkan dan telapak tangan terbuka.
- Anak turut mengangkat kepala jika didudukkan.
- Menahan kepala tetap tegak meskipun badan dimiringkN
- Anak bermain dengan kedua tangannya, anak dapat mencapai garis tengah tubuh dengan kedua tangannya.
- Memasukkan mainan ke mulut, dimulai dengan meraba dengan tangan dan mulut. Anak gemar memperhatikan benda yang dipegangnya.
- Anak semakin sering tersenyum dan tertawa. Senyum pergaulan atau senyum sosial.
- Anak sering bergumam, dengan suara yang keluar 'w' atau' f', tetapi juga mirip 's' atau 'th'.
F. Bulan Ke-5
- Anak menggulingkan badannya dari telungkup hingga terlentang
- Kepala menunduk ke depan sehingga dagu hampir menyentuh dadakedua lengan dan kaki menekuk ketika ditarik untuk didudukkan.
- Kemampuan bertumpu dengan kedua kaki semakin berkembang. Pada usia ini, cukuplah kalau anak kita pegang dengan lembut pada ketiaknya. Biasanya anak berdiri di atas ujung jari kakinya.
- Bila diletakkan mainan, anak akan mengoceh gembira saat melihat benda itu dan mengerakkan tangannya untuk menyentuh benda tersebut.
- Antara bulan ke-4 dan ke-6, kulit tidak lagi memerankan peranan utama dalam pengamatan. Benda-benda optis yang bergerak dapat mempesona bayi selama beberapa menit tanpa melelahkan otot matanya.
- Bayi mulai dapat memahami air muka dan nada suara ibunya bila berbicara.
- Anak tidak bertambah keterampilannya dalanm mengucapkan suatu kata.
G. Bulan Ke-6
- Anak bertopang dengan lengan yang ditegakkan,agak lama. Tangan sudah tidak mengepal lagi. Berat badan bertumpu pada perut dan lengan. Bila ia ingin menjangkau sesuatu di depannya, ia merentangkan tangannya untuk mencapainya dengan membuat gerakan berenang, tetapi belum bergerak maju.
- Kebanyakkan bayi senang jika ditarik untuk didudukkan. Bila orang tua memgang tangan si bayi, ia akan segera mengenggamnya erat. Dia sudah bisa mengatur sikap kepalanya jika didudukkan.
- Anak akan menjangkau mainan yang ada dengan tepat dengan satu tangan.
- Anak bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
- Bayi sudah memiliki pendengaran dan perhatian yang tajam, sehingga suara gemerisik pun akan membuat anak menoleh ke arah suara itu.
- Anak membedakan orang yang dikenal (tersenyum)dan tidak dikenalnya.
- Anak merangkaikan sukunkata yang sama berturut-turut, misal 'da-da-da'. Kadang bunyi suku kata yang sama dan berirama.
H. Bulan Ke-7
- Anak membalikkan badan dari terlentang hingga telungkup
- Bila anak dibaringkan, dia suka memegang dan memainkan kakinya.
- Bila dipegang oleh orang dewasa pada ketiaknya, ia lalu jongkok dan mendorong tubuhnya dengan mengencangkan pinggul, lutut, dan sendi paha hingga berdiri (gerak melonjak).
- Anak mampu memegang benda dengan tepat pada kedua tangannya dan membolak-balikkan benda itu.
- Anak akan mencari benda yang terlepas dari tangannya.
- Anak suka bermain 'Ciluk-Ba'
- Anak mengoceh dengan keras dan nada yang berbeda.
I. Bulan Ke-8
- Anak bisa memutar badannya untuk bergerak maju.
- Anak akan memegang tangan orang tuanya lalubergantung pada jari orang tuanya, ia mengangkat badannya hingga duduk.
- Bayi sudah dapat duduk sendiri hingga beberapa detik setelah diangkat dan didudukkan.
- Jika dimiringkan, bayi akan bertopang ke samping pada tangan yang lain.
- Bayi masih senang melonjak-lonjak
- Anak sering bermain dengan benda-benda yang di balik dan ditimang-timangnnya dengan kedua tangan.
- Bertambah besar perhatian anak akan hal-hal yang kecil
- Anak takut atau menahan diri kepada orang yang tidak dikenalnya.
- Anak mulai memperhatikan kegiatan orang di sekitar
- Tertarik dengan bayangannya di cermin dengan tersenyum dan menyapa bayang tersebut.
- Bayi dapat berbicara dengan perlahan /berbisik.
J. Bulan Ke- 9
- Anak sudah bisa merayap
- Bayi sudah bisa duduk bebas selama 1 menit, 1/3 tubuh sebelah bawah sudah lurus.
- Anak akan bertopang ke depan, belakang, atau samping jika tubuhnya didorong saat ia duduk.
- Berdiri tegak selama beberapa detik
- Menjatuhkan benda-benda dengan sengaja
- Tertarik pada bunyi yang perlahan
- Bayi dapat mengambil benda yang ada dalam wadah, mampu membedakan wadah.
- Awal bermain' Petak Umpet'
- Anak mulai merangkai suku kata yang sama, "da-da", "ba-ba"
K. Bulan Ke-10
- Kemampuan pengamatan bayi berkembang terus, termasuk terhadap hal-hal yang kecil.
- Bayi lebih seksama memperhatikan orang yang ada di sekitarnya dan berusaha menirukannya.
- Bayisangat senang jika keinginannya diperkenankan. Ia senang mengulang hal-hal yag membuat dia dipuji.
- Bayi sudah bisa diajak bercakap-cakap dan menjawab pertanyaan ibu jika ibu bertanya
- Bayi bisa mengerti apa yang dikatakan orang lain padanya dan mencari benda atau orang yang ditanya padanya.
L. Bulan Ke-11
- Bayi bisa merangkak dengan 2 kaki
- Bayi sudah bisa duduk bebas dengan keseimbangan yang mantap
- Bayi sudah bisa berjalan ke samping dengan berjalan merambat pada perabot rumah tangga.
- Bayi berjalan bila kedua tangan dipegang
- Bayi sudaah bisa memegang atau memungut benda yang kecil
- Bayi bisa mengingat benda da bentuk benda dengan jelas dan mencari benda itu jika disembunyikan
- Bayi mampu mnarik benda yag diikatkan dengan tali
- Bayi makan sendiri dengan tangan
- Bayi minum dari cangkir dengan kedua tangannya
- Bayi sudah bisa mengerti kata 'larangan'
- Bayi bisa mengungkapkan suku kata pertama yang mempunyai arti
Jumat, 15 Januari 2010
SOP INJEKSI INTRAMUSKULER
Status Dokumen | Induk Salinan No.Distribusi | ||||
|
| ||||
Puskesmas Tumpang | PROTAP INJEKSI INTRA MUSKULAR
| ||||
No Dokumen
PT- TUMPANG RWT INAP-01 | No Revisi
00 | Halaman
1/1 | |||
PROTAP
RAWAT INAP | Tanggal Terbit
21 April 2008 | Disetujui oleh, Kepala UPTD Puskesmas Tumpang
dr. Sri Ratna Murti P NIP. 140228521 | |||
Pengertian | Injeksi intramuskuler adalah suntikan kedalam otot | ||||
Tujuan | Sebagai acuan tindakan suntikan kedalam otot | ||||
Kebijakan | Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter | ||||
Prosedur | Penatalaksanaan A. INDIKASI : 1. Pada psien yang memerlukan suntikan i.m. 2. Atas perintah dokter. B. PERSIAPAN : 1. Disp. Spuit 2. Kapas alcohol 3. Bengkok 4. Aquabidest steril 5. Gergaji ampul 6. Tempat sampah/bengkok 7. Obat yang dibutuhkan 8. bak instrumen C. PELAKSANAAN : 1. Inform concern 2. Baca daftar obat, larutkan obat yang dibutuhkan, isi spuit sesuai dengan kebutuhan 3. Cocockan nama obat dan nama pasien. 4. Baca sekali lagi sebelum menyuntikan pada pasien. 5. Atur posisi dan tentukan tempat yang akan disuntik. 6. Desinfeksi lokasi yang akan disuntik. 7. Jarum disuntikkan pada daerah yang akan disuntik dengan arah 90 derajat. 8. Penghisap ditarik sedikit, bila ada darah obat jangan dimasukkan. 9. Obat disemprotkan perlahan-lahan 10. Setelah obat masuk seluruhnya jarum ditarik dengan cepat. 11. Kulit ditekan dengan kapas alcohol sambil melakukan masase. 12. Pasien dirapikan Perhatian : Penyuntikan harus tepat dan betul, bila salah akan dapat mengenai saraf. | ||||
Unit terkait | RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES |