Minggu, 14 November 2010

Kebutuhan Spiritual

Manusia, terkait dengan eksistensi sosialnya, memiliki dua macam kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan material dan kebutuhan spiritual. Kebutuhan material manusia antara lain adalah pangan, air, papan, sandang, obat dan sebagainya. Kebutuhan spiritual manusia adalah pendidikan, pengetahuan, sastra, seni, gagasan filosofis, agama, ideologi, prinsip moral dan sebagainya. Manusia selalu memiliki dua macam kebutuhan ini. Para pendukung fundamentalitas kebutuhan material berpendapat bahwa kebutuhan material lebih penting dan lebih utama sedangkan kebutuhan spiritual manusia merupakan produk sampingan dari kebutuhan materialnya.

Teori fundamental kebutuhan materialisme tampaknya tidak berlaku secara merata bagi setiap manusia, bahkan dalam setiap perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Teori tersebut mungkin lebih bisa diterima dalam masyarakat perkotaan yang cenderung menjadikan agama sekadar kewajiban, situasi kehidupan materialisme membuat materi menjadi solusi kebahagiaan sehingga penghayatan agama menjadi terkesampingkan. Sebaliknya, bagi masyarakat desa agama adalah kebutuhan, yang secara praktis dapat memberi mereka jawaban-jawaban esensial untuk menjalani hidup.

Kegiatan keagamaan atau religiositas adalah derajat dan jenis ekspresi dan partisipasi religi/agama dari seseorang (lansia). Beberapa indikator religiositas antara lain kehadiran di tempat ibadah, partisipasi dalam kegiatan keagamaan, beribadah, membaca kitab suci, melakukan kebaktian, sholat, berdzikir atau meditasi, dan kegiatan keagamaan yang lain sesuai tuntunan kitab suci atau pedoman dalam agamanya.

Namun seiring dengan berkembangnya jaman, dimana suasana perkotaan sudah merambah berbagai pelosok desa, nilai-nilai spiritualitas mengalami pergesekan maupun pergeseran. Tuntutan kebutuhan material yang semakin tinggi tetapi tidak didukung sistem dan kemampuan sumber daya di desa, terkadang membuat sebagian masyarakat desa mencari jalan alternatif yang irasional. Bagi kaum muda yang masih mempunyai tenaga yang kuat, menyikapi tingginya kebutuhan material, mungkin mereka akan pergi ke kota-kota besar dengan bekerja sebagai tenaga kasar, kuli bangunan, atau pedagang kaki lima. Sebagian yang lain, terutama yang malas atau kurang bisa menggunakan tenaga muda, mereka akan mencari uang dengan menghalalkan segala cara, misalnya menjual diri. Namun, bagaimana dengan kaum yang sudah tua? tenaga sudah jauh menurun, penampilan sudah tidak secerah waktu muda, penghasilan semakin berkurang, kebutuhan hidup tetap tinggi, apa yang akan mereka lakukan? Bagaimana nilai-nilai spiritualitas mampu mengarahkannya?

Memang ada sebagian masyarakat yang dengan semakin bertambahnya usia, mereka semakin taat pada ajaran agamanya dan semakin berserah diri kepada Tuhannya. Namun, sebagian yang lain mencari nilai-nilai spiritual melalui cara-cara yang justru bertentangan dengan ajaran agama yang dianutnya, seperti percaya pada kuburan, pergi ke dukun, mengunjungi tempat-tempat keramat, dan bersemedi untuk mendapatkan keajaiban-keajaiban yang sulit dinalar.

Sebenarnya, kembali lagi pada konsep kebutuhan manusia. Jika dari awal seseorang memang mempunyai orientasi materialisme, maka di masa-masa tuanya ideologi tersebut tetap dipegangnya. Justru karena materi itu tidak kekal, orang yang berorientasi materialisme ini di masa tuanya akan mengalami keguncangan, ambivalensi, dan ketidak-berdayaan. Sehingga, berbagai cara akan ditempuhnya untuk tetap memenuhi kebutuhan materialnya, walaupun cara-cara yang dipilih terkesan kurang masuk akal.

Jika seseorang sejak awal berorientasi pada konsep spiritualisme, maka segala tindakan dan upaya apapun yang mereka lakukan seperti sholat, beribadah, bekerja, termasuk untuk kebutuhan material, tetap harus sesuai dengan nilai-nilai spiritual. Tindakan tersebut tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai spiritual yang dianutnya, karena kegiatan atau segala tindakannya adalah suatu cara mengekspresikan nilai-nilai spiritual. Sehingga di saat usianya sudah lanjut, tenaganya untuk bekerja sudah menurun, ada energi lain yang tetap membuatnya tetap tegar, semangat, dan merasa bahagia di akhir kehidupannya. Nilai-nilai cinta kasih, makna kedekatan dengan tuhan, kebutuhan mencintai tuhan dan perasaan dicintai tuhan, melebihi dari kebutuhan apapun yang ada di dunia. Sehingga walaupun sehari makan hanya dua kali atau bahkan hanya sekali, perut terasa tidak lapar karena sudah tergantikan oleh nikmatnya mencintai, dicintai dan dekat dengan tuhan yang maha segala-galanya.

Spiritualitas digambarkan sebagai kekuatan yang menyatukan, memberi makna pada kehidupan dan terdiri dari nilai-nilai individu, persepsi dan kepercayaan juga keterikatan di antara individu. Kebutuhan spiritual diidentifikasi sebagai kebutuhan dasar segala usia, kebutuhan akan makna dan tujuan, akan cinta dan keterikatan, dan akan pengampunan (Mc.Stanley, 2007).

Achir Yani S Hamid (2000) menjelaskan bahwa kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf dan pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau kematian.

Kesimpulannya adalah spiritualitas berhubungan dengan keyakinan internal seseorang dan pengalaman pribadi dengan Tuhan, sedangkan kegiatan beragama adalah cara mengekspresikan aspek dari dalam keyakinan seseorang. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, pasrah kepada Tuhan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf.

Rabu, 03 November 2010

HIPERTENSI DAN GARAM

Hipertensi / tekanan darah tinggi mempercepat pengerasan arteri dan dengan demikian merupakan penyebab utama terjadinya arterioslerosis, biasanya pada arteri koroner tetapi juga pada arteri yang memasok darah ke otak maupun ke kaki.

 

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer atau esensial (95 % kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder (5 % kasus hipertensi) yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan anak ginjal, dll.

 

Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:
   1. Keturunan
   2. Usia
   3. Berat Badan
   4. Konsumsi Garam
   5. Ras
   6. Pola makan dan gaya hidup
   7. Aktivitas olahraga

 

Hipertensi selama ini sering dikaitkan dengan kelebihan konsumsi garam.

Garam itu mengandung ion Natrium. Kelebihan natrium dapat mengganggu keseimbangan proporsi Na:K yang mempengaruhi aktivitas osmosis. Keadaan ini dapat menarik cairan dari serum darah sehingga darah lebih kental sifatnya. Akibatnya darah menjadi kental dan kerja jantung semakin berat untuk memompa. Sebenarnya bukan hanya garam dapur saja yang bisa meningkatkan kadar Na. Salah satu zat yang sering kita temui dalam pangan adalah MSG (Mono Sodium Glutamate). MSG sendiri juga cukup banyak mengandung Na. Jadi bisa dimungkinkan orang yang rentan darah tinggi akan terganggu bila mengonsumsi MSG.

 

Kita boleh tidak makan garam, asal ada sodium dalam menu harian. Banyak menu harian yang menyimpan sodium dan itu sudah bisa mencukupi kebutuhan tubuh. Namun, oleh karena sodium yang secara alami terkandung dalam bahan makanan tidak berikatan dengan chlor, tak memberi cita rasa asin pada lidah kita.

Itu berarti, kendati menu yang kita konsumsi tanpa garam atau tak bercita rasa asin, tidak bermakna tubuh tak memperoleh kecukupan sodium. Walau tidak terasa asin, daging sapi, sarden, keju, roti jagung, dan keripik kentang kaya unsur sodium. Demikian pula kebanyakan menu harian orang Eskimo, Dayak dan Indian yang tidak asin namun tubuh tidak kekurangan sodium.

Jadi sebetulnya lidah kitalah yang sudah dirusak oleh budaya makan asin, sehingga cenderung salah memilih menu yang sesuai dengan yang tubuh butuhkan. Dan rasa asin memang meningkatkan cita rasa menu alami. Garam di meja makan kita bukti tradisi bahwa tuntutan lidah orang modern cenderung merasa menunya kurang asin..

Konsumsilah garam kurang dari 7 gram perhari.

Tubuh membutuhkan kurang dari tujuh gram garam dapur sehari atau setara dengan 3.000 mg sodium. Kebanyakan menu harian kita memberi berlipat-lipat kali lebih banyak dari itu.

Selain meninggikan tekanan darah, kerja ginjal jadi jauh lebih berat untuk membuangnya. Jika sangat berlebihan bisa bikin pikiran kacau dan jatuh koma.

Satu sendok teh garam dapur berisi 2.000 mg sodium. Sodium yang terkandungdalam setiap menu modern rata-rata sekitar 500 mg. Pada takaran itu ginjal sudah perlu lembur untuk tetapmempertahankan keseimbangan cairan dan asam-basa agar mesin tubuh tak kacau dari penyakit akibat kelebihan sodium tidak sampai muncul.

Jenis makanan yang banyak mengandung sodium, antara lain, soda kue, bubuksoda sebagal pengawet, obat pencahar (laxative), menu yang dipanggang, keju, makanan kaleng dan laut (seafood), serta padi-padian (cereals). Bagi yang pantang garam, juga perlu menjauhi jenis sumber sodium tinggi ini.

Jenis makanan yang rendah sodium, antara lain, buah dan sayur-mayur segar, daging dan unggas segar, jenis cereals dan gandum yang dimasak. Di kawasan Uni Eropa sekarang ini ada ketentuan labelisasi produk untuk beberapa jenis makanan yang tinggi sodium, agar konsumen tidak terjebak mengonsumsinya secara berlebihan. Di antaranya, aneka jenis saus, ikan yang sudah diproses, roti, sup, bumbu bergaram (MSG), dan sekarang termasuk juga semua jenis makanan bayi (dulu garam dapur bukan tergolong bahan tambahan dalam makanan atau food additive).

Bukan cuma darah tinggi, orang yang mengidap penyakit jantung dan tungkainya bengkak, perlu membatasi asupan sodium juga. Begitu juga jika mengidap penyakit ginjal, keracunan kehamilan (toxemia gravidarum), dan gangguan hati. Termasuk mereka yang sedang menjalani terapi dengan obat golongan corticosteroid (pasien asam kena penyakit autoimmune, kulit, ginjal nephritic syndrome).

Selain itu, banyak gangguan yang meninggikan kadar sodium dalam darah (hypernatremia), seperti pada penyakit diabetes insipidus (kencing terus), gagal ginjal menahun, kelebihan zat kapur (hypercalcemia), atau kekurangan kalium (hypokalemia), termasuk jika tubuh kehilangan cairan seperti pada banyak berkeringat, diare, dan penyakit kurang minum (gangguan rasa haus). Dan tentu banyak makan garam, tanpa dibarengi kecukupan minum.

Namun, jika pantang garam kelewat ketat bisa berbahaya juga. Kekurangan sodium dan chlor secara drastis bisa menjadi beban lain bagi ginjal, dengan gejala pembengkakan (oedema) juga. Kaki bengkak lantaran penyakit jantung, hati, atau ginjal, berbeda dengan bengkak sebab kekurangan sodium.

Yang pantang sodium dibagi menjadi pantang ketat, cukup 500 gram sodium setara dengan 1,5 gram garam dapur, pantang sedang 800 gram (2 gram), dan pantang ringan 2.000 gram (5 gram).