Kamis, 05 November 2009

TUJUH HAL YANG DI UCAPKAN ORANG TUA KE PADA ANAK

(psikologi jiwa anak)



Bicara pada anak, kelihatannya memang sepele. Tapi percayalah, jika tak jeli  memilih kata-kata dan kalimat, bisa berdampak buruk bagi si kecil.
 

Tak mau, kan, buah hati jadi tak punya percaya diri, merasa dirinya jadi  pecundang, atau terus-menerus diliputi rasa bersalah?
 

Sering, kan, kita dengar seorang ibu menegur balitanya dengan ucapan, "Kalau  kamu enggak nurut, nanti Ibu tinggal!" Maksudnya, sih, supaya si anak menurut.  Tapi yang sebetulnya terjadi, "ancaman" seperti itu hanya membuat perasaan anak  terluka. Orang tua sering lupa, kalimat yang dilontarkan pada anak, amat  berpengaruh pada rasa percaya diri, kesehatan emosional, dan kepribadiannya.  Dengan kata lain, ada hubungan kuat antara kalimat yang dipakai dengan sikap dan  tingkah anak kelak.
 

Sederet kata memang bisa berdampak positif, juga negatif. Asal tahu saja,  bahasa bisa jadi salah satu sumber kekerasan terhadap anak. Pendek kata,  perhatikan dan pilih betul kata-kata yang akan disampaikaan pada buah hati.
 

Kalau emosi sedang memuncak, coba, deh, tinggalkan si kecil sejenak, tarik  napas dalam-dalam, jalan-jalan, atau minum air putih. Emosi pun akan turun dan  kita jadi bisa berpikir lebih tenang. Setelah itu, baru ajak anak berkomunikasi. 
 

Berikut sejumlah kalimat tabu untuk dilontarkan pada si buah hati.
 

1. "Gara-gara kamu, Ayah dan Ibu jadi pisah."
Tak seorang anak pun bisa  dijadikan alasan perceraian orang tuanya. Seorang anak tak selayaknya menanggung  beban yang sedemikian berat. Meski hal itu benar adanya dan disampaikan dengan  halus, tetap saja anak akan merasa sangat bersalah. "Seandainya saya tak nakal,  pasti Ayah dan Ibu enggak pisah," begitu yang seringkali timbul di benaknya. 
 

2. "Kalau enggak berhenti menangis, Ibu tinggal kamu di sini!"
Ketakutan  terbesar dari seorang anak adalah berpisah atau ditinggalkan sendirian. Apalagi  oleh orang tuanya. Mengancam anak dengan kalimat seperti itu dengan tujuan anak  mau menuruti perintah dan berhenti melakukan suatu tindakan, jelas tidak bijak.  Lebih bijaksana jika memberinya pilihan. Misalnya, "Sayang, jika kamu tetap saja  berteriak-teriak seperti itu, lebih baik kita pulang saja, ya. Ibu baru mau  meneruskan belanja kalau kamu berhenti berteriak-teriak. Terserah, kamu mau  pilih yang mana?" Alternatif lain adalah dengan mengalihkan perhatian anak atau  menghentikan kegiatan untuk sementara. Siapa tahu, Anda atau si kecil memang  sudah capek dan perlu istirahat.
 

3."Mestinya kamu malu pada diri sendiri."
Rasa bersalah akan segera  menyergap anak jika kita mengucapkan kalimat seperti itu. Sementara orang tua  justru yakin, kalau anak merasa bersalah, ia pasti bakal mengubah kelakuan dan  jadi menurut. Memang, rasa bersalah atau rasa malu bisa membuat seseorang,  termasuk anak, mengubah perilakunya sesuai yang diharapkan. Namun, jangan salah.  Pada saat yang sama, ia juga akan merasa dirinya sebagai pecundang. "Saya memang  anak nakal, tak bisa bikin orang tua senang," "Saya selalu salah," dan  sebagainya. Ujung-ujungnya, rasa percaya diri anak menurun drastis.
 

4. "Kami tak pernah mengharapkan kamu."
"Nyesel rasanya Ibu melahirkan  kamu! Kalau tahu kamu bakal senakal ini, lebih baik kamu tak lahir saja."  Kalimat seperti ini sungguh tak bisa diampuni. Tak peduli apa kesalahan anak  atau selembut apa pun disampaikan, tetap saja tak dibenarkan untuk dilontarkan.  Sebab, hanya menunjukkan ada yang tak beres dalam hubungan orang tua dan anak.  Jika ini yang terjadi, segera cari tahu, apa yang salah dalam hubungan dengan si  kecil. kalau perlu, segera minta bantuan ahli.
 

5. "Kenapa, sih, enggak bisa seperti adikmu?"
Saat orang tua  membandingkan anak dengan saudaranya, berarti salah satu di antaranya dianggap  kurang. Kalimat ini membawa pesan pada anak, ia tak lebih pandai, tak lebih  baik, dan tak lebih cakap dibanding saudaranya. Kalimat, "Kamu memang tak  seperti kakakmu," akan membuatnya merasa dikucilkan dan bisa berdampak hingga ia  dewasa.
 

Membanding-bandingkan antara saudara juga akan menciptakan persaingan tak  sehat di antara mereka. Alhasil, mereka jadi "hobi" bertikai dan akhirnya  merusak hubungan antar-anak. Terimalah setiap anak dengan segala kelebihan dan  kekurangannya. Ingat, tiap anak adalah individu unik.
 

6. "Pokoknya lakukan seperti kata Ibu!"
Kalimat ini membawa pesan, "Kamu,  kan, anak kecil,tahu apa, sih? Ibu, kan, lebih tahu dan lebih pintar. Tugas saya  adalah memberi tahu dan tugas kamu adalah mematuhi apa yang saya katakan!"
 

Kalimat ini akan menciptakan kebencian pada diri anak. Lain halnya jika  disampaikan dalam bentuk yang bisa mengundang empati anak, semisal, "Ibu  benar-benar capek, Sayang."
 

7. "Sini, biar Ibu yang bikinin."
"Sini, biar Mama yang kerjakan," "Kali  ini, Ibu mau bantu kamu." Jika kalimat-kalimat itu selalu dilontarkaan setiap  kali anak mendapat kesulitan, sama artinya dengan menciptakan rasa tak berdaya  atau tak mampu dalam diri si kecil. Cara ini juga membuka peluang bagi anak  untuk melakukan hal yang sama di masa depan.
 

Kalau cuma dilakukan sekali, sih, tak masalah. Tapi dua kali, berarti pola  sudah tercipta. Tiga kali dan seterusnya? Berarti Anda sudah menciptakan  pekerjaan baru bagi diri sendiri. 
 

ORANG TUA BAIK, ANAK JUGA JADI BAIK
 

Memberi anak motivasi agar berperilaku baik, sebetulnya tak sulit, kok. Orang  tua pun tak perlu menggunakan sikap otoriter yang justru bikin anak tertekan. 
 

* Ubah sikap
 

Orang tua adalah model bagi anak. Jadi, coba cari tahu, apa yang membuat anak  melakukan hal-hal yang tak Anda "setujui." Bisa saja, mereka meniru dari Anda.  Coba catat, apa perilaku baik yang dilakukan anak minggu ini dan catat pula apa  yang Anda lakukan di minggu yang sama. Jika Anda berlaku "baik," bisa dipastikan  anak pun akan bertingkah baik pula.
 

* Buat aturan main
 

Apakah Anda sudah membuat aturan yang jelas di dalam keluarga? Termasuk untuk  anak-anak Anda? Misalnya, setiap bangun tidur harus membereskan sendiri tempat  tidur. Aturan akan membantu anak melakukan hal-hal positif tanpa kita perlu  bersikap keras. Yang tak kalah penting, bersikaplah konsisten. Sekali Anda  berkompromi dan melanggar aturan, anak pun akan punya cara untuk keluar dari  aturan. Caranya? ya, dengan cari-cari alasan agar tak perlu ikut aturan.
 

* Cintai buah hati
 

Anak, di usia berapa pun, selalu ingin membuat orang tuanya senang. Mereka  adalah makhluk yang dipenuhi kasih. Tak ada anak yang berniat mencelakakan  ibunya, kan? Perhatian dan cinta orang tua yang tulus dan tanpa pamrih pada  mereka adalah motivator terkuat bagi anak.
 

* Tetapkan tujuan
 

Apa, sih, sebetulnya tujuan Anda mendidik dan membesarkan anak? Coba tulis,  apakah Anda ingin membesarkan anak menjadi orang yang penuh cinta kasih atau  yang disiplin, dengan cara apa pun? Nah, cermati betul, apa kira-kira hasil yang  akan diperoleh dari tujuan tadi.  (Tabloid Nova)

Selasa, 04 Agustus 2009

PENGETAHUAN DAN FAKTOR YANG BERPERAN

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

Proses mengkonstruksi pengetahuan, manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan indranya melalui interaksinya dengan obyek dan lingkungan, misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, atau merasakan, seseorang dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan, melainkan sesuatu proses pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkunganya, pengetahuan dan pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat lebih rinci.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


1. Faktor Internal
Faktor internal adalah hal-hal didalam individu itu sendiri yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan. Faktor tersebut adalah:

a. Pendidikan
Adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

b. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

c. Pengalaman pribadi
Dalam kehidupannya individu mengalami kejadian dan peristiwa yang datang silih berganti. Tidak sedikit yang merekam kejadian atau peristiwa tersebut dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman pribadi mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang, sehingga mereka menjadikannya sebagai acuan dalam mengambil keputusan.

2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah hal-hal di luar individu yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu lingkungan di sekitar individu itu sendiri, kebutuhan individu akan informasi, tingkat sosial ekonomi dan media masa yang merupakan suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat misalnya majalah, tv, radio dll (Hurlock, 1999).

a. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

b. Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

c. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

Kamis, 23 Juli 2009

Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Lingkungan

Berkaitan dengan pembangunan kesehatan lingkungan, perlu disadari bahwa keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tidak hanya ditentukan oleh pemerintah selaku penanggung jawab dalam pembangunan, namundemikian hasil dari pelaksanaan pembangunan kesehatan lingkungan juga dipengaruhi oleh keterlibatan masyarakat seperti yang disampaikan oleh Bintoro Tjokroamidjojo, menyatakan sebagai berikut tentang partisipasi :
Keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat pada umumnya tidak saja dari pengambil kebijaksanaan tertinggi, para perencana, aparatur pelaksana operasional, tapi juga dari petani-petani, nelayan, buruh, pedagang kecil, para pengusaha, dan lain-lain, keterlibatan ini disebut juga partisipasi (Bintoro Tjokroamidjojo, 1995 : 20).

Kesediaan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan ternyata membutuhkan pengertian masyarakat. Mubyarto menyatakan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan diri sendiri. (Mubyarto 1985 :102)

Bentuk keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan lingkungan antara lain :
1. Partisipasi perorangan dan keluarga
Partisipasi ini dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga dan anggota masyarakat dalam menolong dirinya sendiri dan keluarga untuk dapat hidup sehat. Hal ini dicerminkan dengan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan. Masalah lingkungan dan masalah perilaku sesuai dengan kemampuan perorangan dan keluarga.

2. Partisipasi masyarakat umum
Ini meliputi kegiatan untuk menjalinhubungan yang erat dan dinamis antara pemerintah dan masyarakat dengan cara memnembangkan dan membina komunikasi timbal balik terutama dalam hal memberikan masukan, memberikan umpan balik dan menyebarluaskan informasi tentang kesehatan. Disamping itu, masyarakat diminta agar turut secara aktif dalam mengenal dan merumuskan masalah, menentukan prioritas, merencanakan kegiatan-kegiatan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, menggerakkan pelaksanaan dan menyediakan sumberdaya.

3. Partisipasi masyarakat kelompok penyelenggara upaya kesehatan
Maksudnya dengan kelompok penyelenggara upaya kesehatan di sini ialah yayasan-yayasan yang memberikan pelayanan kesehatan, praktek profesi, dan semacamnya. Kegiatannya meliputi kegiatan yang dilaksanakan baik secara perorangan maupun secara kelompok antara lain berupa :
a. Penyelenggara pelayanan kesehatan seperti balai pengobatan swasta, rumah bersalin swasta, dokter praktek swasta dan semacamnya.
b. Penyelenggara pendidikan dan latihan tenaga kesehatan baik tenaga kesehatan formal, maupun tenaga kesehatan yang berasal dari masyarakat (kader).
c. Usaha menghimpun dana secara gotong royong


Partisipasi masyarakat profesi kesehatan
Kelompok profesi kesehatan meliputi kelompok dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan dan sejenisnya. Kegiatannya meliputi :
a. Pelayanan kesehatan
b. Pelayanan peningkatan sikap positif dan perilaku yang mendukung upaya pemerintah dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
c. Membantu pemerintah dalam hal pengaturan profesi kesehatan tanpa mengurangi kewenangan pemerintah dalam fungsi pengaturan profesi dan lain-lainnya.
Dalam penelitian ini kaitan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan sangat erat. Karena dengan adanya masyarakat yang secara sadar menolong diri sendiri dan keluarganya untuk hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan, hal ini berarti merupakan suatu cerminan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan lingkungan, karena mau tidak mau lingkungan terletak di sekitar masyarakat.


Faktor status social ekonomi merupakan faktor yang sangat dominan dalam menentukan dinamika kehidupan seseorang, sehingga tidaklah mengherankan bila pada akhirnya berbagai tingkatan kehidupan masyarakat dan pekerjaannya telah menimbulkan pelapisan social dan pembedaan social. Hal inilah yang akan menimbulkan berbagai macam partisipasi dari masyarakat dalam pembangunan kesehatan lingkungan berbeda-beda. Sehubungan dengan hal ini Suparlan mengatakan bahwa :
“Kondisi seseorang yang berstatus social ekonomi tinggi tersebut berbeda dengan yang berstatus social rendah. Orang yang berstatus social ekonomi tinggi mudah untuk memenuhi kebutuhannya. Orang yang berstatus social ekonominya rendah hanya ada waktu untuk makan, bekerja dan tidur, orang seperti ini terus-menerus bekerja hanya sekedar untuk menyambung hidupnya”. (Parsudi Suparlan, 1984 : 14)
Dari pernyataan di atas jelas bahwa seseorang yang memiliki status social ekonomi tinggi, maka ia akan mudah memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik bersifat primer (sandang, pangan, papan dan kesehatan) maupun bersifat sekunder (radio, televisi, kendaraan bermotor dll).
Jadi sangat jelas sekali bahwa masyarakat yang berstatus social ekonomi tinggi akan dapat dijadikan dorongan bagi timbulnya kesadaran untuk memelihara kesehatan lingkungannya dari pada masyarakat kalangan ekonomi rendah yang hanya memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA :
Mubyarto, 1985, Peluang dan berusaha di Pedesaan, BPFE, Yogyakarta
Purbakawatja, Soegarda, 1970, Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka, Gunung Agung, Jakarta
Soekanto, Soerjono, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sukarni, Mariyat, 1994, Kesehatan Keluarga dan Lingkungan, Kanisius, Yogyakarta
Tjokroamidjojo, Bintoro, 1976, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES Jakarta

PEMBANGUNAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Proses pembangunan tidak terlepas dari sikap seseorang dalam memahami arti pembangunan, pengertian pembangunan dapat dilihat dari pendapat :
Bintoro Tjokroamidjojo berpendapat :
“Pembangunan adalah merupakan suatu proses pembaharuan yang terus menerus dari keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik” (Bintoro Tjokroamidjojo 1982 : 22)

Sedangkan menurut Sub Dinas Pembinaan Kesehatan Lingkungan, pengertian pembangunan adalah pengelolaan lingkungan hidup untuk menghasilkan barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Akan tetapi selain bermanfaat bagi manusia, setiap kegiatan pembangunan ada dampak negatif yaitu pencemaran lingkungan, yang pada akhirnya mempunyai dampak terhadap kesehatan manusia. Salah satu upaya untuk mencegah atau mengurangi pencemaran lingkungan tersebut ialah dengan usaha kesehatan lingkungan.

Proses pembangunan di bidang kesehatan lingkungan tidak terlepas dari sikap seseorang dalam memahami arti kesehatan . Kesehatan adalah keadaan sempurna dari jasmani, rohani dan social, dan tidak hanya bebas dari penyakit cacat dan kelemahan. (UU N0.9 1982 tentang pokok-pokok kesehatan).
Kesehatan merupakan salah satu segi dari kualitas hidup yang tercermin pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yang meliputi sandang, pangan, perumahan, kesehatan, kesempatan memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang layak, kebebasan dari rasa takut dan rasa tidak tentram, kebebasan memeluk agama/kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesempatan untuk mengembangkan daya cipta serta berkreasi, yang sesungguhnya merupakan tujuan dan sasaran pokok pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang berada di sekitar manusia.

Selanjutnya yang dimaksud dengan segala sesuatu di sekitar manusia tersebut dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yakni :
a. Lingkungan fisik
Yang berupa tanah, air dan udara serta interaksi satu sama lain diantara faktor-faktor tersebut. Dalam interaksi ini ketiga faktor tersebut dapat mewujudkan berbagai barang yang beraneka ragam.
b. Lingkungan biologis
Yang masuk kategori ini ialah semua organisme hidup, baik binatang, tumbuhan, mikro organisme, kecuali manusia itu sendiri, karena manusia dimasukkan dalam lingkungan social dalam bentuk interpersonal relationship.
c. Lingkungan sosial
Adalah semua bentuk dari hasil interaksi ini adalah berupa social budaya, social ekonomi,psiko-sosial dan lain-lain social budaya terdiri dari nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan, dan norma.

Dengan demikian, maka kita dapat pula mengatakan bahwa lingkungan adalah kumpulan dari semua keadaan atau kekuatan dari luar yang mempengaruhi kehidupan dalam perkembangan dari satu organisme hidup, yakni manusia itu sendiri.
Jadi secara keseluruhan kesehatan lingkungan dapat diartikan sebagai lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia itu sendiri.



DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang No.4 Tahun 1982 Tentang Pokok-pokok Ketentuan Lingkungan hidup
Undang-Undang No.9 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Kesehatan
Azwar, Azrul, 1979, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara, Jakarta

STATUS SOSIAL EKONOMI

Sebelum kita berbicara lebih lanjut mengenai status sosial ekonomi kita lihat dulu apa yang dimaksud “ekonomi” itu sendiri. Syamsudin Machmud mengatakan bahwa ekonomi berhubungan dengan usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dalam masyarakat tertentu. (Syamsudin Machmud, 1976 : 10)

Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari factor-faktor sebagai berikut :
a. Pekerjaan
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya.
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup. Dalam kaitan ini Soeroto memberikan difinisi mengenai pekerjaan sebagai berikut :

Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang melakukan dengan dibayar atau tidak. (Soeroto, 1986 : 5).
Selanjutnya Soeroto menjelaskan mengenai pekerjaan sebagai berikut :
Dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan. Pendapatan ini memberikan kepadanya dan keluarganya untuk mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan demikian menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembangunan (Soeroto, 1986 : 167)

Selanjutnya ditinjau dari aspek ekonomis Ida Bagus Mantra bahwa bekerja itu diartikan sebagai melakukan pekerjaan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan baik berupa uang atau barang dalam kurun waktu tertentu. (Ida Bagus Mantra, 1991 : 188)
Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan menjadi :
a). Profesional ahli teknik dan ahli jenis
b). Kepemimpinan dan ketatalaksanaan
c). Administrasi tata usaha dan sejenisnya
d). Jasa
e). Petani
f). Produksi dan operator alat angkut

Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Dalam masyarakat tumbuh kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat di mata masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi.
Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi dilihat dari pekerjaan, penyusun memberi batasan sebagai berikut :
a). Pekerjaan yang berstatus tinggi
Yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin dan ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha
b). Pekerjaan yang berstatus sedang
Yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasa
c). Pekerjaan yang berstatus rendah
Yaitu petani dan operator alat angkut/bengkel

b. Pendidikan
Pendidikan sangatlah penting peranannya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan memiliki pendidikan yang cukup maka seseorang akan mengetahui mana yang baik dan mana yang dapat menjadikan seseorang menjadi berguna baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang membutuhkannya.
Adapun pengertian pendidikan yang lebih jelas, dapat dilihat dalam pengertian-pengertian pendidikan yang diungkapkan oleh beberapa pakar pendidikan di bawah ini :
Pendidikan menurut Soerjono Soekanto :
“Pendidikan merupakan suatu alat yang akan membina dan mendorong seseorang untuk berfikir secara rasional maupun logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin) dengan menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi” (Soerjono Soekanto,1969 : 143)
Sedangkan menurut Kartini Kartono :
“Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh metode dan teknik ilmiah diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu ” (Kartini Kartono, 77 : 1980)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah upaya untuk mengarah pada tercapainya perkembangan yang dapat merangsang suatu cara berfikir yang rasional, kreatif dan sistematis. Dengan pendidikan dapat memperluas keilmuan, meningkatkan kemampuan dan potensi serta membuat seseorang lebih peka terhadap setiap gejala-gejala sisial yang muncul.
Kemudian Soegarda Poerbakawatja menjelaskan mengenai tujuan pendidikan adalah sebagai berikut :
“ Ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air ” . (Soegarda Poerbakawatja, 1970 : 114).

Dengan pendidikan ini diharapkan dapat membuka pikiran seseorang untuk menerima hal-hal yang baru (sub culture baru) baik berupa teknologi, materi, sistem teknologi maupun berupa ide-ide baru serta bagaimana cara berfikir secara alamiah untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan dirinya, masyarakat dan tanah airnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diulas beberapa fungsi dari pendidikan yang antara lain adalah sebagai berikut :
- Membina dan membentuk sikap mental seseorang
- Menambah pengetahuan seseorang
- Merangsang seseorang untuk berfikir logis, praktis dan sistematis dengan menggunakan metode-metode dan teknik-teknik ilmiah.
Pendidikan merupakan proses aktualisasi diri terhadap potensi kemampuan manusia untuk diujudkan kedalam tujuan yang diinginkannya, serta pendidikan diarahkan kepada usaha-usaha pembangunan kepribadian bangsa, modernisasi terhadap lingkungan serta peningkatan terhadap kemampuan berfikir.

Pendidikan merupakan suatu proses pembangunan individu dan kepribadian seseorang, dilaksanakan dengan sadar dan penuh tanggung jawab dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, sikap serta nilai-nilai yang bersifat normatif sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, juga dapat meningkatkan kesempatan berfikir baik secara teoritis maupun praktis untuk melanjutkan hidup dan kehidupan dalam lingkungan yang selalu berubah dan menuntut adanya perubahan pendidikan yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan sedini mungkin, merupakan tanggung jawab bersama baik keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Oleh karena itu peran aktif masyarakat dalam semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan perlu didorong dan ditingkatkan.

Pendidikan merupakan proses belajar yang dapat dilakukan manusia seumur hidupnya, baik melalui sekolah maupun luar sekolah. Pendidikan masyarakat dapat diperoleh melalui :
1) Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang dilakukan melalui atau dalam suatu lembaga (pendidikan) yang legal formal,yang memiliki peraturan yang telah ditetapkan dan berjenjang, seperti sekolah.
2) Pendidikan non formal yaitu pendidikan diluar lembaga formal (sekolah) dimana biasanya merupakan pendidikan yang berjangka pendek dan biasanya lahir dari kebutuhan yang sehat dirasakan keperluannya, lalu persyaratannya lebih fleksibel, tidak seperti pendidikan formal. Contohnya kursus-kursus, penataran, training yang secara khusus dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai suatu persoalan.
3) Pendidikan informal, merupakan pendidikan yang sama sekali tidak terorganisasi secara structural, lebih merupakan pengalaman individu mandiri dan pendidikannya tidak terjadi di dalam suatu proses belajar mengajar sebagaimana dalam pendidikan formal dan pendidikan non formal. Contohnya seperti pendidikan yang terjadi sebagai akibat wajar dari fungsi keluarga, media massa, acara-acara keagamaan dan lain sebagainya.

c. Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan.

Biro Pusat statistic merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:
1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari :
a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang
b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah.
c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.
2) Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas Sundoyo Pitono mendefinisikan pendapatan adalah sebagai berikut :
“Seluruh penerimaan baik berupa uang ataupun barang baik dari piak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini” (Sundoyo Pitono, 1982 : 20)

Untuk menentukan besar kecilnya pendapatan jelas tidak bisa, hal ini perlu penyesuaian dengan perubahan harga yang terjadi. Untuk itu Pemerintah menetapkan Upah Minimum Regional (UMR) baru untuk Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebesar Rp. 12.000,-per hari atau Rp.360.000,- per bulan untuk seorang pekerja atau karyawan.
Jadi seseorang yang bekerja dalam satu bulan berpendapatan minimal Rp. 360.000,- dan apabila suami isteri bekerja minimal Rp.720.000,- per bulan. Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang . Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan penghasilan insidentil.

d. Pemilikan
Selain pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang menjadi ukuran status social ekonomi seseorang, masih ada lagi yaitu pemilikan.
Pemilikan barang-barang yang berhargapun dapat digunakan untuk ukuran tersebut. Semakin banyak seseorang itu memiliki sesuatu yang berharga seperti rumah dan tanah, maka dapat dikatakan bahwa orang itu mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi dan mereka semakin dihormati oleh orang-orang disekitarnya.

Apabila seseorang memiliki tanah, rumah sendiri, sepeda motor, mobil, komputer, televisi dan tape biasanya mereka termasuk golongan orang mampu atau kaya. Apabila seseorang belum mempunyai rumah dan menempati rumah dinas, punya kendaraan, televisi, tape, mereka termasuk golongan sedang. Sedang apabila seseorang memiliki rumah kontrakan, sepeda dan radio biasanya termasuk golongan biasa.
Jadi melihat status social ekonomi seseorang dapat dilihat dari :
- Status kepemilikan rumah yang ditempati
- Barang-barang berharga yang dimiliki


DAFTAR PUSTAKA :

Purbakawatja, Soegarda, 1970, Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka, Gunung Agung, Jakarta
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, 1987, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta
Soekanto, Soerjono, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sukarni, Mariyat, 1994, Kesehatan Keluarga dan Lingkungan, Kanisius, Yogyakarta
Tjokroamidjojo, Bintoro, 1976, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES Jakarta

Minggu, 19 April 2009

Tentang Motivasi

Oleh : Salsabila Shafira Adin, 2008


Pengertian Motivasi
Menurut Azwar (2000:17) motivasi adalah rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerja sama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai
Umumnya orang menyebut dengan “motif” untuk menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Berawal dari kata “motif” inilah, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. “Mc Donald, Frederick (1995) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian ini mengandung tiga elemen penting, yaitu terjadinya perubahan energi pada diri seseorang, munculnya afeksi, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, jadi motivasi ini dapat dirangsang oleh faktor dari luar, walau motivasi itu sendiri tumbuhnya dari dalam diri seseorang.

Komponen Motivasi
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan; dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan, sedangkan tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seseorang individu, artinya tujuanlah yang mengarahkan perilaku seseorang itu.
1. Kebutuhan
Maslow (1984), membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial dan kasih sayang, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
a. Kebutuhan fisiologis berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti pangan, sandang, dan perumahan, seseorang menganggap bahwa belajar merupakan salah satu kebutuhan pokok dirinya, sehingga akan berusaha memenuhi kebutuhan pokok tersebut, yaitu dengan belajar (pengembangan diri) yang akan dapat mencapai harapan-harapan yang ada pada dirinya.

b. Kebutuhan akan rasa aman, berkenaan dengan keamanan yang bersifat psikologis. Sebagai ilustrasi seseorang akan berusaha meningkatkan potensi diri dengan pendidikan dan pengembangan untuk menghindari tergesernya posisi dia dilingkungan kerja.

c. Kebutuhan sosial dan kasih sayang, berkenaan dengan perwujudan berupa penerimaan dirinya oleh orang lain. Dengan belajar dan mengembangkan diri prestasi kerja lebih baik, dengan begitu individu tersebut akan lebih mudah diterima dilingkungannya.

d. Kebutuhan harga diri, dengan belajar dan mengembangkan diri prestasi kerja menjadi lebih baik, sehingga individu akan lebih dihargai oleh atasan dan masyarakat lingkungan kerjanya.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, berkenaan dengan kebutuhan individu untuk menjadi sesuatu yang sesuai dengan kemampuan, sebagai ilustrasi : seseorang yang berprestasi kerja yang baik boleh menempati kedudukan yang penting atau menjadi pimpinan.

2. Dorongan
Motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme. Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme. Terjadinya tingkah laku organisme disebabkan oleh respon dari organisme dan penguatan kedua hal tersebut. Hull memang menekankan dorongan sebagai motivasi penggerak utama prilaku, tetapi kemudian tidak sepenuhnya juga menolak adanya pengaruh faktor-faktor eksternal.

3. Tujuan
Dari segi tujuan, maka tujuan merupakan pemberi arah pada prilaku secara psikologis, tujuan merupakan titik akhir sementara pencapaian kebutuhan. Jika tujuan tercapai maka kebutuhan tercapai untuk sementara. Jika kebutuhan terpenuhi maka orang akan menjadi puas dan dorongan untuk berbuat terhenti sementara.
Menurut Sudirman (1994), motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdoronga oleh adanya unsur lain. Dalam hal ini adalah tujuan, tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan

Jenis-jenis Motiasi
Ditinjau dari sudut asalnya, motivasi pada diri manusia itu digolongkan kedalam motivasi biogenetis dan sosiogenetis :
1. Motivasi biogenetis adalah motif yang berkembang pada diri seseorang dan berasal dari organismenya sebagai makhluk hidup. Merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme seseorang demi kelanjutan hidupnya secara biologis. Contoh motif biogenetis misalnya : lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, bernafas, seksual, eleminasi, dan lain-lain.
2. Motivasi sosiogenetis adalah motif yang berasal dari lingkungan kebudayaan dimana orang itu berada dan berkembang.

Unsur-unsur motivasi
1. Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya memerlukan rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar.
2. Motivasi sering kali ditandai dengan prilaku yang penuh emosi.
3. Motivasi merupakan reaksi pilihan dari beberapa alternatif pencapaian tujuan.
4. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN

ditulis pada Agustus 2008



Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi :
1) Kesehatan
Sehat berarti keadaan fisik, mental dan sosial seseorang berfungsi secara optimal dan seimbang. Keseimbangan ini akan terganggu jika seseorang sakit. Proses belajarpun akan terganggu jika seseorang berada dalam keadaan yang tidak optimal baik fisik, mental maupun sosial.

2) Intelegensi
Intelegensi sangat besar sekali pengaruhnya terhadap pengetahuan seseorang. Orang yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai intelegensi rendah.

3) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu obyek. Jika perhatian seseorang rendah/kurang terhadap suatu materi, maka pemahaman terhadap materi tersebut akan berkurang/menurun.

4) Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus disertai rasa senang. Berbeda dengan perhatian yang sifatnya sementara.

5) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih.


Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang meliputi :
1) Keluarga
Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan, karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama

2) Metode pembelajaran
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui didalam mengajar. Untuk menghindari pelaksanaan cara belajar yang salah perlu suatu pembinaan. Dengan metode belajar yang tepat dan efektif, akan efektif pula hasil belajar seseorang.

3) Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga mempengaruhi belajar seseorang. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat. Adapun bentuk kegiatan seseorang dalam masyarakat adalah berhubungan dengan media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Hubungan pengetahuan dan perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni :
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek)
2) Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, dimana orang telah mencoba perilaku baru
5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.