Minggu, 14 Desember 2008

HOME HEALTH CARE

OLEH : ERFANDI, S.Kep, Ners

PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan yang berkualitas mempunyai arti bahwa pelayanan yang diberikan kepada individu, keluarga ataupun masyarakat haruslah baik (bersifat etis) dan benar (berdasarkan ilmu dan hukum yang berlaku). Hukum yang mengatur praktik keperawatan telah tersedia dengan lengkap, baik dalam bentuk undang-undang kesehatan, maupun surat keputusan Menkes tentang praktik keperawatan. Dengan demikian melakukan praktik keperawatan bagi perawat di Indonesia adalah merupakan hak sekaligus kewajiban profesi untuk mencapai visi Indonesia sehat tahun 2010.

Implementasi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebenarnya tidak harus dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun di gedung puskesmas tetapi dapat juga dilaksanakan dimasyarakat maupun dirumah pasien. Pelayanan keperawatan yang dilkukan dirumah pasien disebut Home Care.

Di dalam makalah yang sederhana ini, saya akan memberikan deskripsi/gambaran tentang konsep dasar Home Care dalam keperawatan yang meliputi : pengertian, sejarah perkembangan Home Care di luar dan dalam negeri, alasan mengapa Home Care perlu dikembangkan, dan bagaimana penyelenggaraan Home Care yang baik.

A. PENGERTIAN

Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN HOME CARE

1. DI LUAR NEGERI

Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric B.L, 1993).

Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home Care terus meningkat sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh organisasi perawat pengunjung rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan pemerintah, kemudian berkembang layanan yang berorientasi profit (Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS (Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi seiring dengan perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di berbagai layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing yang merupakan spesialisasi dari Community Health Nursing (Allender & Spradley, 2001)

Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19, dengan mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang merawat orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari kalangan menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan Biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District Nurse (DN) adalah :

a. merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri

b. merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai

c. mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan pada saat kunjungan perawat telah berlalu.

Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV) yang berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :

a. melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan

b. memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.

2. DI DALAM NEGERI

Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru, karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan maternitas, dimana RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua di Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan program Home Care (HC) yang disebut dengan Partus Luar”. Dalam layanan “Partus Luar”, bidan dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan melakukan pertolongan persalinan normal dirumah pasien, kemudian diikuti dengan perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior (kandidat) sampai tali pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang melaksanakan tugas “Partus Luar” dan tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan yang telah dilakukan. Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan kebijakan Depkes yang memisahkan organisasi pendidikan dengan pelayanan.

C. MENGAPA HOME CARE (HC) DIPERLUKAN ?

Akhir-akhir ini Home Care (HC) mendapat perhatian karena berbagai alasan, antara lain yaitu :

1. Bagi Klien dan Keluarga

a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi keluarga

b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga ada yang sakit

c. Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri

d. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk menggantikannya

2. Bagi Perawat

a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang tetap sama

b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja perawat akan meningkat.

Berbagai alasan tersebut membuat program layanan Home Care (HC) mulai diminati baik oleh pihak klien dan keluarganya, oleh perawat maupun pihak rumah sakit.

D. JENIS INSTITUSI PEMBERI LAYANAN HOME CARE (HC)

Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC), antara lain:

1. Institusi Pemerintah

Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)

2. Institusi Sosial

Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.

3. Institusi Swasta

Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit service”

4. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)

Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas, adalah :

a. Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat tali pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum, dll) belum dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu masih kurang.

b. Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien yang dirawat dirumah sakit.

c. Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu memerlukan biaya yang besar

d. Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah, sehingga akan meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat tali kekeluargaan (Suharyati, 1998)

E. POPULASI, JENIS DAN PEMBERI LAYANAN HOME CARE (HC)

1. Populasi layanan

Populasi layanan Home Care (HC) di Amerika didominasi oleh wanita (66,8%). Meskipun program Home Care (HC) diperuntukkan untuk semua umur, tetapi mayoritas klien berusia 65 tahun atau lebih (Allender & Spradley, 2001).

Pengalaman Home Health Care (HHC) oleh “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RS Al-Islam Bandung (yang dimulai sejak 1995) juga menunjukkan kondisi yang sama, dimana pada triwulan I tahun 2002 klien wanita lebih banyak dari pria dan kelompok usia lanjut juga mendominasi layanan HHC di RS Al-Islam Bandung (Maya H, 2002). Hal ini mungkin disebabkan karena populasi wanita lebih banyak dan umur harapan hidup wanita lebih panjang dari pria serta para lansia yang cenderung untuk lebih mudah terserang penyakit.

2. Jenis layanan

Mengingat HC dalam keperawatan merupakan spesialisasi dari keperawatan komunitas (Blackie, 1998), maka jenis layanan yang diberikan meliputi layanan keperawatan (diagnosa dan perlakuan terhadap respon manusia yang menghadapi masalah kesehatan baik potensial maupun actual dalam memenuhi kebutuhan dasarnya) dan layanan kesehatan masyarakat (prevensi primer, sekunder dan tersier). Di Amerika jenis kasus yang dirawat di rumah menurut Allender & Spradley 2001 adalah :

a. Penyakit jantung

b. Penyakit/gangguan system muskuloskeletal dan jaringan pengikat

c. Penyakit Diabetes Mellitus

d. Penyakit system pernafasan

e. Luka

f. Keracunan

g. Kanker (hanya sebagian kecil), karena kebanyakan kasus palliative dirawat di Hospice

Sedangkan jenis kasus yang dirawat di unit HHC RS Al-Islam Bandung dalam triwuln I tahun 2002 (Maya H, 2002) adalah :

a. Pasca stroke

b. Pasca bedah

c. Diabetes Mellitus

d. Terminal ill

3. Pemberi layanan

Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga, yaitu :

a. Tenaga informal

Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan layanan kepada klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh jenis tenaga ini (Allender & Spradley, 2001)

b. Tenaga formal

Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut untuk mampu berfikir kritis dan menguasai ketrampilan klinik dan harus seorang RN. Dengan demikian diharapkan perawat dapat memberikan layanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.

F. STANDAR PRAKTIK HOME HEALTH NURSING (HHN)

Asosiasi perawat Amerika (1999) telah menetapkan lingkungan dan standar Home Health Nursing yang meliputi standar asuhan keperawatan dan standar kinerja professional (Allender & Spradley, 2001)

1. Standard Asuhan Keperawatan

· Standard - I, Perawat mengumpulkan data kesehatan klien

· Standard – II, Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan analisa terhadap data yang telah terkumpul

· Standard – III, Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan baik dari klien maupun lingkungannya

· Standard – IV, Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan dengan menetapkan intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan

· Standard – V, Perawat melaksanakan rencana intervensi yang telah di tetapkan dalam perencanaan

· Standard – VI, Perawat melakukan evaluasi terhadap kemajuan klien yang mengarah ke pencapaian hasil yang diharapkan.

2. Standard Kinerja Profesional (professional performance)

· Standard – I, Kualitas asuhan keperawatan, perawat melakukan evaluasi terhadap kualitas dan efektifitas praktik keperawatan secara sistematis

· Standard – II, Performance Appraisal, perawat melakukan evaluasi diri sendiri terhadap praktik keperawatan yang dilakukannya dihubungkan dengan standar praktik professional, hasil penelitian ilmiah dan peraturan yang berlaku

· Standard – III, Pendidikan, perawat berupaya untuk selalu meningklatkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam praktik keperawatan

· Standard – IV, Kesejawatan, perawat berinteraksi dan berperan aktif dalam pengembangan professionalism sesama perawat dan praktisi kesehatan lainnya sebagai sejawat

· Standard – V, Etika, putusan dan tindakan perawat terhadap klien berdasarkan pada landasan etika profesi

· Standar VI, Kolaborasi, dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat berkolaborasi dengan klien, keluarga dan praktisi kesehatan lain.

· Standar VII, Penelitian, dalam praktiknya, perawat menerapkan hasil penelitian

· Standard – VIII, Pemanfaatan sumber, perawat membantu klien atau keluarga untuk memahami resiko, keuntungan dan biaya perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan .

Standar praktik keperawatan di Indonesia telah selesai disusun dan disepakati oleh pimpinan PPNI, saat ini sedang menunggu pengesahan dari Depkes RI.

G. BAGAIMANA MERENCANAKAN INSTITUSI HOME CARE (HC) SWASTA ?

Institusi HC swasta dapat didirikan baik secara individu maupun kelompok, baik untuk satu jenis layanan maupun layanan yang bervariasi. Untuk itu diperlukan perencanaan yang berdasarkan kebutuhan pasar. Perencanaan berdasarkan kebutuhan pasar mengharuskan kita untuk melakukan analisa eksternal dan internal.

Analisa eksternal, memperhitungkan kecenderungan kebutuhan pasar baik jenis maupun jumlahnya. Misalnya bila kita berada di daerah yang penduduknya kebanyakan berusia produktif, maka sudah dapat diperkirakan bahwa pasar membutuhkan layanan keperawatan yang berhubungan persoalan reproduksi, bayi serta balita. Analisa eksternal juga melihat pesaing yang ada disekitar daerah tersebut, baik dalam jumlah, jenis maupun kondisinya.

Analisa internal, melihat pada ketersediaan sumber (alam, manusia dan dana) baik yang actual maupun potensial. Selain ketersediaan dana juga perlu dianalisa komitmen personil yang ada terhadap rencana pembentukan institusi HC. Komitmen personil merupakan persyaratan mutlak yang harus di mililki untuk mengawali suatu bisnis yang baru .

Agar pelanggan loyal terhadap suatu institusi HC, maka HC harus memperhatikan hal-hal berikut :

· Kemudahan (untuk dihubungi , untuk mendapatkan informasi, untuk membuat janji)

· Selalu tepat janji, penting untuk membina kepercayaan masyarakat pada institusi HC

· Sesuai dengan standar yang telah di tetapkan, hal ini merupakan ciri professional

· Bersifat responsive terhadap keluhan, kebutuhan dan harapan klien

· Mengembangkan hubungan kerja sama secara internal dan eksternal untuk memperbaiki kualitas layanan

Untuk keseragaman dokumentasi HC di Amerika telah dirumuskan Home Health Care Classification (HHCC) toksonomi (Saba, August, 2002) yang merupakan hasil penelitian berdasarkan diagnosa dan intervensi keperawatan. Untuk masa yang akan dating dapat digunakan untuk dokumentasi, pelacakan elektronik, evaluasi hasil dan analisa HHC setiap saat baik yang berhubungan dengan setting, kelompok populasi maupun letak geografi.

Taksonomi tersebut terdiri dari 20 komponen asuhan keperawatan antara lain :

1. Komponen perilaku kesehatan

1) medication

2) safety

3) health behavior

2. Komponen fungsional

4) activity

5) fluid volume

6) nutritional

7) self-care

8) sensory

3. Komponen fisiologis

9) cardiac

10) respiratory

11) metabolic

12) physical regulation

13) skin integrity

14) tissue perfusion

15) bowel elimination

16) urinary elimination

4. Komponen psikologis

17) cognitive

18) coping

19) role relationship

20) self concept

Dengan telah jelasnya konsep dan peraturan praktik keperawatan, termasuk di dalamnya adalah HC, maka perawat telah dapat melakukan praktik keperawatan professional dengan optimum, demi terwujudnya masyarakat dan Indonesia sehat 2010.

Pilihan untuk layanan Home Care (HC) keperawatan sebagai industri jasa yang sukses adalah:

· WE ARE THE FIRST

· WE ARE THE BEST

· WE ARE DIFFERENT

Sumber : http://www.forbetterhealth.wordpress.com

Senin, 10 November 2008

PERAN ORANG TUA

OLEH : SALSABILA SHAFIRA ADIN

Pengertian
Peran adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang yang berdasarkan posisinya di masyarakat. Sementara untuk posisi tersebut merupakan identifikasi dari status atau tempat seseorang dalam suatu sistim sosial dan merupakan perwujudan aktualisasi diri.Peran adalah pola perilaku yang diharapkan masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu dalam kelompok sosialnya.

Di dalam kehidupan bermasyarakat setiap orang memiliki peran yang berbeda yang dipengaruhi oleh posisi dalam tiap waktu. Di masyarakat, peran pada seseorang dapat menyebabkan stressor terhadap peran. Karena diakibatkan oleh struktur sosial konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai, peran yang terlalu banyak. Peran atau peranan adalah aspek dinamis dari suatu kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari perilaku, kelompok, masyarakat.

Peran Masing-masing Anggota Keluarga :

Peranan ayah:
  • ayah sebagai suami dari istri dan bapak dari anak-anak,
  • sebagai pencari nafkah,
  • pendidik, berpartisipasi dalam pendidikan anak
  • pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihikeluarga
  • sebagai anggota kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat.

Sedangkan peranan ibu :

  • sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya,
  • ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
  • sebagai pengasuh ,merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten
  • pendidik anak-anaknya, mendidik, mengatur dan mengendalikan anak
  • menjadi contoh dan teladan bagi anak
  • sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya.

Ruang Lingkup Peran Keluarga :

Menurut Ibrahim GJ dalam Soetjiningsih, 1998: 125. Keluarga merupakan tempat membina pengalaman yang tidak ternilai bagai anak dalam hal :

  1. Biologis
    Pengasuh anak dan kasih sayang, makanan yang bergizi bagi anggota keluarga, perawatan kesehatan dan pencegahan, melakukan aktivitas dan istirahat.
  2. Socio Cultural
    Keluarga meupakan alat untuk menurunkan tradisi adat istiadat (bahasa, kebudayaan), keluarga merupakan tempat untuk sosialisasi
  3. Psikologi
    Keluarga membentuk kepribadian dan rasa percaya diri, keluarga mengembangkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, keluarga merupakan tempat untuk pembentukan perkembangan emosi dan intelektual.
  4. Ekonomi
    Keluarga berperan dalm mengetahui perolehan penghasilan dan bagaimana alokasinya, keluarga berperan dalam pengaturan keuangan dan kita bisa menabung.
  5. Pendidikan Keluarga berperan dalam persiapan untuk kehidupan masa depan, keluarga membuat anak memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, keluarga membuat anak mengerti orang dewasa.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran
Menurut Abraham (1997), faktor‑faktor yang mempengaruhi peran sebagai berikut :
1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan
2. Konsistensi respon orang yang berarti
3. Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang diemban.
4. Keselarasan budaya dan anggapan individu terhadap perilaku.
5. Permasalahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian peran.

Jumat, 07 November 2008

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Bagaimana kita menjelaskan bahwa individu-individu mungkin memandang satu benda yang sama, namun mempersepsikannya secara berbeda? Sejumlah faktor berperan dalam membentuk dan kadang memutar-balik persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada dalam pihak pelaku persepsi, dalam objek atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi itu di buat
Ketika individu memandang ke objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. Di antara karakteistik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan. Sebagai contoh, jika anda berpikir jika perwira polisi harus berwibawa, anak muda harus tidak ambisius, atau individu yang mengaku jabatan publik pasti tidak jujur, maka mungkin anda mempersepsikan mereka dalam cara ini, tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.